Api-api


Diambil dari situs ini, semoga bermanfaat. Dieng menyajikan pemandangan indah, tapi lebih indah lagi suasananya. Kita memang dapat menemui panorama-panorama yang mengesankan di setiap sudut komplek wisata di Dataran Tinggi Dieng. Candi-candi peninggalan jaman dulu, 2 kali matahari terbit dengan warna emas dan perak, kawah-kawah aktif, dan masih banyak lagi. Tapi suasana di Dieng tidak kalah mengesankan. Dieng terletak di ketinggian lebih dari 2000 Mdpl sehingga memiliki suhu yang dingin. Rumah-rumah ditata unik agar angin-angin dingin sesedikit mungkin yang dapat masuk ke kelompok rumah mereka. Bentuk rumah juga tidak lagi seperti rumah-rumah gedong di perkotaan yang panas, rumah di Dieng memiliki tinggi yang sekedar cukup untuk masuk orang di dalamnya, mungkin lebih mirip dengan tinggi ruang penumpang di kapal penyeberangan. Pemilik rumah berharap dengan ruang yang semakin rendah, kemungkinan dingin mengisi ruangan rumahnya semakin sedikit, juga kemungkinan menghangatkan ruangan semakin besar.

Sebuah tradisi yang bagaimanapun juga akan sering kita pakai istilahnya, yaitu api-api. Sebenarnya malas sekali memakai kata yang sudah sering dipakai orang, tapi memang namanya api-api. Yaitu aktifitas berkumpul mengelilingi anglo yang didalamnya berisi arang membara sehingga orang di sekitarnya dapat merasa lebih hangat. Api-api biasanya dilakukan di ruang belakang rumah seperti dapur, mungkin karena bisa sekalian sambil memasak. Manusia pada hakikatnya memang banyak urusan, di aktifitas api-api inilah orang Dieng coba berkomunikasi dan saling membicarakan persoalannya masing-masing. Ada yang bicara soal kerjasama menanam kentang, transaksi pupuk kotoran kandang, sampai soal menjodohkan anak. Banyak persoalan warga Dieng yang mungkin diselesaikan di aktifitas api-api ini.
Bukan hanya warga Dieng, jika kita sedang berkunjung ke Dieng, orang Dieng akan dengan tulus menawari kita untuk bergabung dengan mereka mengelilingi anglo. Lalu salah satu di antara mereka akan mundur sebentar dan kembali lagi dengan segelas kopi panas nikmat untuk kita. Dapur sebenarnya merupakan ruang privat si pemilik rumah, jika ada orang baru datang ke rumah biasanya langsung dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Tapi di Dieng, orang asing bakal merasa bagai keluarga atau tetangga dekat si pemilik rumah, begitupun dengan obrolannya, akan lebih intim dari ketika di ruang tamu.
Sementara kabut putih mulai turun menyelimuti bukit di belakang rumah yang terlihat jelas dari dapur. Kopi juga masih hangat-hangatnya, pas sekali untuk dilewatkan ke dalam kerongkongan yang lagi dingin dan kering. Api di dalam anglo yang sedianya bakal menghangatkan tubuh ternyata tidak mampu menjangkau bagian punggung. Tapi untung gelak dan meriahnya pembicaraan di api-api bisa menghangatkan suasana, haha.

Rute ke Wonosobo


Dengan kondisi alam yang sedemikian rupa, satu-satunya jenis angkutan untuk menuju Wonosobo hanyalah angkutan darat. Dahulu pernah ada kereta api jurusan Purwokerto, sekarang hanya tinggal rel-nya.
Dari Semarang
Di terminal Terboyo banyak terdapat bis yang melayani trayek Semarang - Purwokerto melalui Wonosobo. Jaraknya sekitar 120 km dan waktu tempuh kira-kira 3.5 jam. Rutenya adalah : (Semarang-Ungaran-Bawen-Ambarawa) - (Secang-Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Surakarta (Solo)
Walaupun tidak banyak bis langsung dari Solo ke Wonosobo namun ada beberapa perusahaan bis yang melayani trayek ini. Anda dapat mendapatkan bis tersebut di terminal Tirtonadi jurusan Solo-Purwokerto via Wonosobo. Jaraknya sekitar 180 km waktu tempuhnya kita-kira 6 jam. Jalurnya adalah : (Solo-Kartasura) - (Boyolali-Ampel) - (Salatiga-Bawen- Ambarawa) - (Secang-Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Magelang
Jalur dari Magelang merupakan jalur ke Wonosobo yang ramai. Kira-kira sepuluh menit sekali ada bis yang datang dan pergi. Bis terakhir kira-kira jam 19.00 berangkat dari terminal antar kota Magelang. Jaraknya sekitar 65 km dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam. Jalurnya adalah : (Magelang-Secang) - (Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Yogyakarta
Tidak ada trayek langsung dari Yogyakarta ke Wonosobo. Namun karena jalur Yogyakarta - Magelang - Semarang sangat ramai, dengan sendirinya dari Yogyakarta ke Wonosobo menjadi sangat mudah. Dari terminal Umbulharjo, atau dari terminal Jombor, naik bis jurusan Magelang dan turun di terminal Magelang, baru ke Wonosobo. Total jarak sekitar 120 km dan waktu tempuh kira-kira 3.5 jam. Jalurnya adalah : (Yogyakarta-Sleman-Tempel) - (Muntilan-Magelang), selanjutnya ikuti jalur dari Magelang.
Dari Purwokerto
Untuk jalur ini, kira-kira setiap sepuluh menit ada bis yang datang dan pergi. Ada bis yang hanya melayani trayek Purwokerto-Wonosobo dan ada trayek Purwokerto-Semarang lewat Wonosobo. Anda bisa mendapatkan bis jurusan Wonosobo di terminal utama Purwokerto. Jaraknya sekitar 120 km dan waktu tempuh sekitar 3 jam. Jalurnya sebagai berikut: (Purwokerto-Sokaraja) - (Purbalingga-Bukateja) - (Klampok-Banjarnegara) - (Selomerto-Wonosobo)
Dari Jabodetabek
Trayek Jabotabek Wonosobo dilayani oleh banyak armada. Anda bisa mendapatkan bis tersebut di terminal: Pulo Gadung, Kampung Rambutan, Bekasi, Lebak Bulus, Cimone, Merak dan Bogor. Dengan jarak 520 km, bis biasanya berangkat sekitar pukul 17.00 WIB dan sampai di Wonosobo menjelang fajar.