Tampilkan postingan dengan label wonosobo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wonosobo. Tampilkan semua postingan

Route to Wonosobo

With a nature condition which dominated by mountain, the transportation to go to Wonosobo is just land transportation. There was a train goes to Purwokerto so many years ago, but now only a rail that left.
From Semarang
In Terboyo Bus Station there are many buses which serve Semarang - Purwokerto route via Wonosobo. The distance is about 120 km with 3, 5 hours travelled distance. The route is (Semarang-Ungaran-Bawen-Ambarawa) - (Secang-Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo).
From Surakarta (Solo)
Even though there’s no many bus go to Wonosobo directly, there is some bus which serve this route. You can get this bus at Tirtonadi Bus Station with Solo-Purwokerto route via Wonosobo. The distance is about 180 km with 6 hours travelled distance. The route is (Solo-Kartasura) - (Boyolali-Ampel) - (Salatiga-Bawen- Ambarawa) - (Secang-Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo).
From Magelang
The route from Magelang is the busy traffic to go to Wonosobo. There is a bus every 10 minutes which come and go. The last bus goes at 7 pm from Magelang Bus Station. The distance is about 65 km with 2 hours travelled distance. The route is: (Magelang-Secang) - (Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo).
From Yogyakarta
There’s no direct route from Yogyakarta to Wonosobo. But, because the route Yogyakarta - Magelang - Semarang is so easy, automatically travel from Yogyakarta to Wonosobo becoming easy too. From Umbulharjo Bus Station, or from Jombor Bus Station, you can go with bus to Magelang and stop at Magelang Bus Station, and then continue travel to Wonosobo. The distance is about 120 km with 3, 5 hours travelled distance. The route is: (Yogyakarta-Sleman-Tempel) - (Muntilan-Magelang), and then follow route from Magelang.
From Purwokerto
In this route, bus come and goes every 10 minutes. There is a bus which serve Purwokerto-Wonosobo route and also there is a bus which serve Purwokerto-Semarang route via Wonosobo. You can get this bus at Purwokerto Bus Station. The distance is about 120 km with 3 hours travelled distance. The route is: (Purwokerto-Sokaraja) - (Purbalingga-Bukateja) - (Klampok-Banjarnegara) - (Selomerto-Wonosobo).
From Jabodetabek
There are so many buses who serve this route. You can get it at Pulo Gadung, Kampung Rambutan, Bekasi, Lebak Bulus, Cimone, Merak and Bogor Bus Station. With 520 km distance, the bus goes at 5 pm and stop in Wonosobo before dawn.

Minuman Carica Sembuhkan Sariawan & Diminati Wisatawan


Dari situs Republika, semoga bermanfaat. Minuman dari buah carica yang tergolong masih langka di pasaran kuliner berkhasiat bisa menyembuhkan sariawan, dan juga diminati wisatawan domestik yang kebetulan sedang berkunjung ke Yogyakarta. "Minuman ini masih tergolong langka di pasaran kuliner, tetapi bekhasiat bisa untuk mengobati sariawan karena buah carica mengandung vitamin C yang cukup tinggi," kata pembuat dan penjual minuman bua carica Soimah di Pameran Pesona Pangan Nusantara, di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Senin (6/12).

Ia mengatakan selain mengandung nutrisi vitamin C yang cukup tinggi, minuman buah carica ini dibuat secara manual, dan proses pengolahannya sangat sederhana, serta tidak membutuhkan waktu lama. "Proses pembuatannnya sederhana, hanya dengan merebus air yang dicampurkan dengan irisan buah carica dan gula pasir. Minumna buah carica dapat disajikan dalam keadaan dingin maupun hangat, serta mempunyai daya tahan yang cukup lama, yakni bisa disimpan hingga tiga bulan," katanya.

Selain dipasarkan di wilayah Yogyakarta, menurut Soimah minuman buah carica ini juga diminati wisatawan domestik dari beberapa daeah di Indonesia yang kebetulan sedan mengunjungi Yogyakarta. "Kami kerap kali menerima pesanan dari sejumlah pembeli dari berbagai kota di antaranya Jakarta,

Surabaya dan Bandung. Jumlahnya tidak menentu, tetapi kami selau memenuhi permintaan tersebut, berapa pun jumlahnya," katanya.

Ia mengatakan harga jual minuman carica bervariasi disesuaikan dengan ukurannya. "Kami tidak hanya menjual di rumah, tetapi juga memasok ke sejumlah supermarkate di Yogyakarta. Harga ukuran cup hanya Rp 6.000 per cup, namun dalam kemasan botol ukuran 260 gram Rp 12.000 per botol," katanya.

Menurut dia, bahan baku berupa buah carica didatangkan dari dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, dan setiap tiga hari sekali dirinya mendapat pasokan dari para petani buah carica di Dieng. "Kami membeli bahan baku dari para petani carica di Dieng, dalam tiga hari sekali kami disetori sebanyak 100 kilogram buah carica. Beberapa waktu lalu pascabencana Merapi kami sempat kesulitan mendapatkan buah carica karena terkendaka transportasi untuk pengirimannya," katanya.

Ia mengatakan selama mengikuti pameran kuliner ini antusias pembeli sangat beragam, dan jumlah pembeli meningkat dari hari ke hari. "Sejak hari pertama pameran hingga saat ini, setiap harinya kami mampu menjual rata-rata 100 cup minuman carica," katanya.

Menurut salah seorang pembeli minuman ini asal Jakarta, Lisye, minuman carica tergolong unik dan mempunyai banyak khasiat. "Minuman ini masih jarang saya temui, selain rasanya manis, juga dapat menyembuhkan sariawan karena kandungan vitammin C-nya cukup tinggi," katanya.

Api-api


Diambil dari situs ini, semoga bermanfaat. Dieng menyajikan pemandangan indah, tapi lebih indah lagi suasananya. Kita memang dapat menemui panorama-panorama yang mengesankan di setiap sudut komplek wisata di Dataran Tinggi Dieng. Candi-candi peninggalan jaman dulu, 2 kali matahari terbit dengan warna emas dan perak, kawah-kawah aktif, dan masih banyak lagi. Tapi suasana di Dieng tidak kalah mengesankan. Dieng terletak di ketinggian lebih dari 2000 Mdpl sehingga memiliki suhu yang dingin. Rumah-rumah ditata unik agar angin-angin dingin sesedikit mungkin yang dapat masuk ke kelompok rumah mereka. Bentuk rumah juga tidak lagi seperti rumah-rumah gedong di perkotaan yang panas, rumah di Dieng memiliki tinggi yang sekedar cukup untuk masuk orang di dalamnya, mungkin lebih mirip dengan tinggi ruang penumpang di kapal penyeberangan. Pemilik rumah berharap dengan ruang yang semakin rendah, kemungkinan dingin mengisi ruangan rumahnya semakin sedikit, juga kemungkinan menghangatkan ruangan semakin besar.

Sebuah tradisi yang bagaimanapun juga akan sering kita pakai istilahnya, yaitu api-api. Sebenarnya malas sekali memakai kata yang sudah sering dipakai orang, tapi memang namanya api-api. Yaitu aktifitas berkumpul mengelilingi anglo yang didalamnya berisi arang membara sehingga orang di sekitarnya dapat merasa lebih hangat. Api-api biasanya dilakukan di ruang belakang rumah seperti dapur, mungkin karena bisa sekalian sambil memasak. Manusia pada hakikatnya memang banyak urusan, di aktifitas api-api inilah orang Dieng coba berkomunikasi dan saling membicarakan persoalannya masing-masing. Ada yang bicara soal kerjasama menanam kentang, transaksi pupuk kotoran kandang, sampai soal menjodohkan anak. Banyak persoalan warga Dieng yang mungkin diselesaikan di aktifitas api-api ini.
Bukan hanya warga Dieng, jika kita sedang berkunjung ke Dieng, orang Dieng akan dengan tulus menawari kita untuk bergabung dengan mereka mengelilingi anglo. Lalu salah satu di antara mereka akan mundur sebentar dan kembali lagi dengan segelas kopi panas nikmat untuk kita. Dapur sebenarnya merupakan ruang privat si pemilik rumah, jika ada orang baru datang ke rumah biasanya langsung dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Tapi di Dieng, orang asing bakal merasa bagai keluarga atau tetangga dekat si pemilik rumah, begitupun dengan obrolannya, akan lebih intim dari ketika di ruang tamu.
Sementara kabut putih mulai turun menyelimuti bukit di belakang rumah yang terlihat jelas dari dapur. Kopi juga masih hangat-hangatnya, pas sekali untuk dilewatkan ke dalam kerongkongan yang lagi dingin dan kering. Api di dalam anglo yang sedianya bakal menghangatkan tubuh ternyata tidak mampu menjangkau bagian punggung. Tapi untung gelak dan meriahnya pembicaraan di api-api bisa menghangatkan suasana, haha.

Rute ke Wonosobo


Dengan kondisi alam yang sedemikian rupa, satu-satunya jenis angkutan untuk menuju Wonosobo hanyalah angkutan darat. Dahulu pernah ada kereta api jurusan Purwokerto, sekarang hanya tinggal rel-nya.
Dari Semarang
Di terminal Terboyo banyak terdapat bis yang melayani trayek Semarang - Purwokerto melalui Wonosobo. Jaraknya sekitar 120 km dan waktu tempuh kira-kira 3.5 jam. Rutenya adalah : (Semarang-Ungaran-Bawen-Ambarawa) - (Secang-Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Surakarta (Solo)
Walaupun tidak banyak bis langsung dari Solo ke Wonosobo namun ada beberapa perusahaan bis yang melayani trayek ini. Anda dapat mendapatkan bis tersebut di terminal Tirtonadi jurusan Solo-Purwokerto via Wonosobo. Jaraknya sekitar 180 km waktu tempuhnya kita-kira 6 jam. Jalurnya adalah : (Solo-Kartasura) - (Boyolali-Ampel) - (Salatiga-Bawen- Ambarawa) - (Secang-Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Magelang
Jalur dari Magelang merupakan jalur ke Wonosobo yang ramai. Kira-kira sepuluh menit sekali ada bis yang datang dan pergi. Bis terakhir kira-kira jam 19.00 berangkat dari terminal antar kota Magelang. Jaraknya sekitar 65 km dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam. Jalurnya adalah : (Magelang-Secang) - (Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Yogyakarta
Tidak ada trayek langsung dari Yogyakarta ke Wonosobo. Namun karena jalur Yogyakarta - Magelang - Semarang sangat ramai, dengan sendirinya dari Yogyakarta ke Wonosobo menjadi sangat mudah. Dari terminal Umbulharjo, atau dari terminal Jombor, naik bis jurusan Magelang dan turun di terminal Magelang, baru ke Wonosobo. Total jarak sekitar 120 km dan waktu tempuh kira-kira 3.5 jam. Jalurnya adalah : (Yogyakarta-Sleman-Tempel) - (Muntilan-Magelang), selanjutnya ikuti jalur dari Magelang.
Dari Purwokerto
Untuk jalur ini, kira-kira setiap sepuluh menit ada bis yang datang dan pergi. Ada bis yang hanya melayani trayek Purwokerto-Wonosobo dan ada trayek Purwokerto-Semarang lewat Wonosobo. Anda bisa mendapatkan bis jurusan Wonosobo di terminal utama Purwokerto. Jaraknya sekitar 120 km dan waktu tempuh sekitar 3 jam. Jalurnya sebagai berikut: (Purwokerto-Sokaraja) - (Purbalingga-Bukateja) - (Klampok-Banjarnegara) - (Selomerto-Wonosobo)
Dari Jabodetabek
Trayek Jabotabek Wonosobo dilayani oleh banyak armada. Anda bisa mendapatkan bis tersebut di terminal: Pulo Gadung, Kampung Rambutan, Bekasi, Lebak Bulus, Cimone, Merak dan Bogor. Dengan jarak 520 km, bis biasanya berangkat sekitar pukul 17.00 WIB dan sampai di Wonosobo menjelang fajar.


Dieng Plateu Theater


Tak lengkap rasanya mengunjungi Dataran Tinggi Dieng tanpa mampir di Dieng Plateu Theater (DPT). Sebuah theater mini yang menayangkan film dokumenter Dataran Tinggi Dieng. Lokasinya di atas bukit dekat Telaga Warna. Kalau sudah sampai Telaga Warna tinggal menapaki tangga di bukit untuk sampai di DPT ini. Atau kalau memang tidak sedang mampir ke Telaga Warna tapi ingin main ke DPT tinggal mengikuti jalan dari pintu masuk Telaga Warna, lalu belok ke kiri, nanti akan kelihatan bangunan DPT di atas bukit.
Dari kawasan DPT tampak Kawah Sikidang di kejauhan, kawasan Candi Arjuna juga cukup terlihat, namun sayangnya tampak pula hutan yang mulai terkikis yang memiriskan hati. Di seberang DPT adalah area milik PT Geo Dipa Energi unit Dieng, sebuah perusahaan pembangkit energi listrik tenaga panas bumi. Di sekeliling DPT adalah ladang kentang milik masyarakat. Selain penjual makanan ada juga penjual syal dan souvenir di area ini. DPT diresmikan oleh Presiden SBY pada tahun 2006. Filmnya berkisah tentang asal-usul Dataran Tinggi Dieng dan letusan Kawah Sinila pada tahun 70-an yang tragis. Mulai dari arti nama Dieng, proses terbentuknya Dataran Tinggi Dieng, sampai budaya masyarakat Dieng juga dibeberkan di sini. Durasi filmnya tidak terlalu lama, mungkin sekitar 45 menit.

Carica : Dieng Plateau Area Fruit

That is a carica. Have you ever heard it? This fruit only grow in a place with 2000 m above the sea level, and only seen in Dieng Plateau Area and Brazil. There is a story about this fruit, a carica seed which plant not in plateau will grow as a papaya, and if a papaya seed plant in Dieng Plateau will grown as a carica.
This fruit has a scientific name Carica pubescens or Carica candamarcensis, and known as “gandul Dieng” or Mountain Papaya. The different between this two fruit is a papaya well grown as tropical plants which need lot sunshine, in contrary a carica only well grown in plateau with a low temperature and a lot of rain. That is a Dieng Plateau Area climate. This fruit is easy to grow and can be planted with another crops. This fruit also not a seasonal plant so this fruit not damage the land.
The carica have a long age, until 20 year or more. After 1 year planted, it can be harvest, and resulted good fruit. If the quality is decreased, the farmer cut that tree so it will produce a new bud. The fruit is like papaya, but smaller in size. The carica is also can’t eat directionally, because they contain a sap, so the taste is quite bitter. We can enjoy this fruit by cut it half and take the stone of fruit or they seed. This seed is an important material of carica syrup making. This carica also used as a sweet drink, a candy, jelly, and jam material, or as an addition in curry.
The example product of carica is carica in syrup, carica juice, carica syrup, carica jam, and carica candy. This product is a special product from Dieng and always searched by a tourist as a gift. The price of carica in syrup is ± Rp.10.000 (1US$=±Rp. 8.500) per bottle. The tastes are rubbery, sweet, and delicious, and also have a special aroma sell. If you eat it in Dieng, you can drink it immediately, but if you take it home you can add some ice on it. Enjoy!

Telaga Warna in Dieng Plateau Area


Telaga Warna is a small lake which is the famous icon of Dieng Plateau Area and also the famous tourist site in Dieng Plateau Area. The name is coming from the color of its surface. When another lake generally have only one color on its surface, the Telaga Warna have many colors, such as blue, green, and gray, so it is Telaga = Lake; Warna = Color. The location of this small lake is in Dieng village, Banjarnegara regency. It is near from Dieng Plateau Theater, Sikidang Crater’s, and also Dieng Temple Site.
To get there, we can choose many different ways, such as through official gate, through Dieng Plateau Theater (DPT) and through Jojogan village. The official gate can be reached from the T-intersection of Dieng road; you just need to turn left. Through that road you can see several inns and also there’s a pretty mosque which is the architecture is like a Moscow building in Russia. On the right side of road you can see Dieng Temple Site too. And finally the officially gate is in the left side of the road.
The second way is through DPT which is can be reached when you follow the road after the gate of Telaga Warna. DPT building is in above hill, the architecture is pretty unique. Across the DPT building we can see an area belong to PT Geo Dipa Energy Dieng, a power plant company which uses a geothermal energy. In DPT you can also watch a documenter movie about Dieng Plateau Area. But don’t forget to visit Telaga Warna by a lane behind the DPT building which down the hill. The lane is a downstairs, so don’t worry to get tired.
The last way is the most personal way, because it’s a village footpath. Jojogan village is a village which is on the northeast of Telaga Warna. When you get confused to this footpath, you can ask the villagers. And always take care because the wind sometime makes a tree which surrounding lake falls down. There’s a lot of fell tree on the side of lake. But it’s make a lake more beautiful, it’s the most favorite place to get a picture. Prove it please.

Dieng Temple Site

The famous icon of Dieng Plateau Area is the Dieng Temple Site which placed in Dieng Wetan village, in Banjarnegara regency. This place abutted on Dieng Kulon village, in Wonosobo regency. This site is prominent and seen from the main road, and it is easy to find, insurable to not get lost. The scenery is pretty, as long as road we can see a tree and a yellow flower. This place also cleans and even the grass is put right.

First time of course you can see Arjuna Temple Site. This site last have restoration at July 28, 2008 and legitimated by Minister of Culture and Tourism at that time Ir. Jero Wacik , SE. This temple site has a temple on east site that is Arjuna-Srikandi Temple, Puntadewa Temple, and Sembrada Temple, and west site that is Semar Temple and Arjuna Temple itself. Except that, that is another temple but unfortunately not in fit condition. This Dieng Temple Site is a Hindus temple, tall and slight, remembering us with another Hindus temple such as Prambanan Temple.
Beside that is Bima Temple and Gatotkaca Temple. Those two temples have a location near Dieng Temple Site. Gatotkaca Temple located in above hill and from here we can see Balekambang small lake. This small lake surrounded by potato field villagers, and likely not become a tourism object. Bima Temple located in near an open gate of Sikidang Crater’s. This temple still in a good condition and the area surrounding is also clean and beautiful. Beside a temple, this site also has a museum, so you can have a lot of temple knowledge.
And when you like to visit Sikidang Crater’s, you just walk through a gate near Bima Temple. In that road you can see a huge pipes belonged to PT Geo Dipa Energy unit Dieng, a power plant company that use geothermal energy. And better get ready because the distance from the open gate until the centre of crater is quite far. So that is the Dieng Temple Site and another place to visit nears that site. Enjoy please.


An Exotic Dieng


Dieng Plateau Area is an area surrounded by mountains. It seems this area is an eruption mountain area that make mountain can be a place to stay. The people in this area have a profession as a farmer, especially a potato farmer. Dieng Plateau Area is including in Wonosobo and Banjarnegara district. From Wonosobo to Dieng we can use a public transportation with charge ±Rp.6.000 (1US$=±Rp.9.500). The distance is about 27 km, through the slope of mountain, the street is twist and turn, zigzag adapt with the slope of mountain. If you choose to use personal vehicle, you must assured that you have an execelent experience in mountain driving.
The centre of tourism is in Dieng village which have a ±2500m height above the sea level. The weather is always cold, especially in July and August; it can be down until 10? Celsius. This plateau have a many place to visit, too many if you just come for a day. To make it easy, you can visit Arjuna Temple first. After that, you can go to Sikidang Crater, Color Lake, Pengilon Lake, and Dieng Plateau Theater (DPT). These places have a near distance one to another. In Arjuna Temple you can see a numerous Hindu temple in such beautiful garden. In Sikidang Crater you get an experience a sensation of sulfide crater. In Color Lake you will see beautiful scenery of blue green lake surrounded by trees and mountain. In Pengilon Lake you can eat some wild raspberry near lake. In here you can see a Semar Cave which position is in the middle of Color Lake and Pengilon Lake. And finally, in DPT you can watch some documenter movie about the plateau and its origin.
Besides that, you can also visit Sirawe Fall near Sileri Crater. And you can visit Sumur Jalatunda and Candradimuka Crater too; those places are in Banjarnegara district. Or you can chase a sunrise from Sembungan village which have a highest height from other village in this plateau. Sembungan also have a small lake, called Cebong Lake.
That is only a part of beauty and exotics of Dieng Plateau Area. Enjoy please!

Sikidang Crater


Sikidang Crater is one of many craters in Dieng Plateau Area. The location of this crater is in Dieng Kulon, Banjarnegara. Besides this crater, Dieng Plateau Area also has Sileri Crater, Candradimuka Crater, Sinila Crater, and so on.
In Dieng Plateau Area, although its afternoon, but the temperature is always cold, because this plateau is in about 2.500 m above the sea level, so every second is in the cold. The crater surrounded by potato field that belong to villagers near the crater. This crater is in Telaga Warna (Color Lake) area which is an icon of tourism in Dieng Plateau Area. Beside crater, in Telaga Warna area also have a complex temple named Arjuna Temple. Arjuna Temple have a several temple, such as Bima Temple which is the location is the nearest from Sikidang crater. This temple kept in a good condition, very clean and beautiful.
When we get lucky, we can enter this crater freely without any charge, because the ticket booth is seldom guarded. From the ticket booth to location of crater is quite faraway, about 2 km, but the road is in good condition, so may be it’s not a big problem to take a walk through it. We can also see the long pipes that belong to PT Geo Dipa Energy Dieng, which is a power plant that uses geothermal or native heat.
This tourist area complete by a large parking lot and also souvenir booth. We can buy a special food such as carica and mushroom, and we can buy some souvenir like scarf and gloves. When we get close to crater we can smell sulfide which is a pungent smell, not really good smell. The centre crater just guarded by a fence of bamboo, you need to be careful in this place. Within the crater, there’s a water crater which boiled very furious.

Pembentukan Sekber PA Wonosobo

Pada tanggal 10 Juli 2010 mau ada pembentukan sekber PA Wonosobo, bertempat di perpustakaan Desa Patakbanteng, dan malamnya nginep bareng+perawatan pohon di Gunung Perahu,, bwt temen2 PA Wonosobo, di harap untuk bisa ikut berpartisipasi.. more info, Gempa Unsiq/The Bull Egg's Adventure Patakbanteng..

Cemara Siuk

Suku cemara-cemaraan atau Casuarinaceae meliputi sekitar 70 jenis tetumbuhan. Sebagian besar suku ini terdapat di Belahan Bumi Selatan, terutama di wilayah tropis Dunia Lama, termasuk Indo-Malaysia, Australia, dan Kepulauan Pasifik.

Cemara sendiri merupakan tetumbuhan hijau abadi yang sepintas lalu dapat disangka sebagai tusam karena rantingnya yang beruas pada dahan besar kelihatan seperti jarum, dan buahnya mirip runjung kecil. Namun kenyataannya pepohonan ini bukan termasuk Gymnospermae, sehingga mempunyai bunga, baik jantan maupun betina. Bunga betinanya nampak seperti berkas rambut, kecil dan kemerah-merahan.
Cemara adalah pohon yang sangat artistik untuk penataan sebuah taman. Dibentuk sedemikian rupa dalam gaya seni jepang yang bernama bonsai. Jenis cemara asli Indonesia untuk dibuat bonsai yang paling bagus adalah cemara udang atau Casuarina equisetifolia, berasal dari daerah Madura, Jawa Timur.Ada juga jenis cemara lainnya seperti cemara balon atau Casuarina nobillis yang tajuknya berbentuk seperti balon dan cemara norfolk atau Casuarina excelsa yang tajuknya bertingkat-tingkat cantik.
Sedangkan di tempat kami yang paling lazim adalah cemara angin atau Casuarina junghuhniana. Cemara angin atau di tempat kami disebut sebagai cemara siuk berdasarkan bunyinya jika diterpa angin. Jenis cemara ini menjadi pilihan dalam reboisasi karena tajuknya tidak lebar sehingga tidak mengganggu tanaman kentang yang harus mendapat sinar matahari. Saat ini kami juga melakukan pembibitan agar persediaan reboisasi tercukupi.

Carica dan Dieng

Hmm.., ini tentang buah yang sangat teramat khas sekali dari Dieng. Apalagi kalau bukan carica. Sudah pernah dengar atau belum? Buah ini tumbuh pada ketinggian 2000 meter DPL, dan hanya dijumpai di Dieng dan Brazil. Sst.., ada
kabar yang berhembus bahwa bibit carica yang ditanam di dataran rendah akan tumbuh menjadi pepaya dan sebaliknya bibit pepaya yang ditanam di Dieng akan tumbuh menjadi carica, namun jangan ambil pusing karena buah ini memang masih berkerabat dekat dengan pepaya.
Nama latin buah carica ini adalah Carica pubescens atau Carica candamarcensis, atau kadang dikenal sebagai Mountain Papaya, atau di antara penduduk setempat dikenal sebagai gandul Dieng. Beda carica dengan pepayaadalah jika pepaya biasa lebih dikenal sebagai tumbuhan tropis yang memerlukan banyak panas dan matahari, maka carica termasuk keluarga pepaya yang hanya bisa tumbuh di tempat tinggi, memerlukan temperatur yang cukup dingin, dan banyak hujan. Kondisi tersebut sangat cocok dengan iklim Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Pohon carica yang mudah ditanam dan dipelihara, bisa ditanam di pematang kebun, bersama-sama dengan tanaman pangan lain. Pohon carica juga bukan tanaman semusim sehingga tidak memperparah tanah yang sudah mulai rentan. Oleh karena itu pohon carica sama sekali tidak mengganggu lingkungan malah memperkuat tanah.
Pohon carica berusia relatif panjang, bisa sampai 20 tahun bahkan lebih. Kurang lebih satu tahun setelah dipanen, pohon carica sudah bisa menghasilkan buah yang baik. Jika mutu buah sudah mulai menurun, biasanya setelah enam bulan, petani memangkas pohon tersebut. Dari pucuk-pucuknya akan tumbuh tunas baru yang segera menghasilkan buah yang lebih baik. Buahnya mirip pepaya yaitu berwarna kehijauan, atau kekuningan jika sudah cukup matang, hanya saja bentuknya lebih kecil dari pepaya. Namun buah carica tidak bisa dimakan langsung, karena daging buahnya banyak mengandung getah, sehingga rasanya pahit dan menyebabkan gatal di tenggorokan, bahkan bisa melukai kulit jika terlalu banyak melekat di kulit. Penduduk setempat menikmati buah ini dengan cara membelahnya menjadi dua dan mengambil bijinya untuk disesap. Karena rasanya yang manis, biji inilah yang nantinya akan dibuat sirup dan dapat memberikan rasa khas pada buah carica dalam sirup. Namun carica juga bisa dibuat minuman, manisan, selai, puding, bahkan campuran kare. Ibu-ibu di Dieng sudah cukup kreatif dalam mengolah carica, karena telah sering diadakan lomba memasak carica.
Sedangkan produk olahan dari buah carica yang diproduksi untuk dijual antara lain adalah carica in syrup, juice buah carica, syrup buah carica, selai carica, dan manisan carica. Produk tersebut menjadi produk khas Dieng dan selalu dicari wisatawan sebagai buah tangan. Sebagai contoh harga 1 botol carica dalam sirup adalah antara 6ribu sampai 10ribu. Rasanya kenyal, manis, dan segar serta memiliki aroma yang khas dan harum. Jika menyantapnya lagsung di Dieng anda tinggal meminumnya saja, namun jika anda bawa pulang sebaiknya tambahkan es agar semakin segar.

Curug Sirawe dan Sekitarnya

Menuju objek pariwisata yg lain di Dataran Tinggi Dieng yaitu Curug Sirawe dan sekitarnya. Curug Sirawe sendiri berada di Kabupaten Banjarnegara dan memiliki ketinggian kurang lebih 80 meter. Perjalanan menuju
curug dapat ditempuh dengan motor dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Jalan menuju curug belum terjamah aspal sehingga perjalanan akan perlu perjuangan. Begitu pula saat harus berjalan kaki menuju curug. Jalan setapak di dalam hutan yang masih rimbun cukup menyulitkan namun tetap bisa dilalui kok. Setelah hampir setengah jam berjalan akan mulai terdengar suara air mengalir deras. Dijamin semua jerih payah melewati hutan tidak sia-sia belaka, curugnya indah sekali dan alam di sekitarnya juga masih lestari. Hati2 apabila bermain air, jangan sampai terpeleset di antara batu yang licin. Perjalanan pulang ternyata juga tidak mudah lho. Harus mendaki jalan setapak yang tadi dilalui. Kalau ingin mencari tempat cuci kaki, cari saja tempat cuci umum, karena airnya hangat, dijamin betah mencuci kaki deh.
Setelah dari sini bisa melanjutkan perjalanan ke arah barat ke Telaga Merdada. Sebelumnya sempatkan pula mampir di Kawah Sileri yang baru-baru ini meletus. Tenang, letusan ini tidak tampak menimbulkan kerusakan yang berarti. Telaga Merdada merupakan telaga terluas di kawasan dengan luas 25 ha dan kedalaman 2-10 meter. Telaga ini juga masih berda di kawasan kabupaten banjarnegara. Telaga Merdada indah dan bersih, akan tampak beberapa orang yang memancing disana.

Menjer dan Sekitarnya

Kalau biasanya ke arah barat melulu, sekarang kita pindah haluan ke arah timur yuk! Telaga Menjer adalah salah satu telaga di lereng Dataran Tinggi Dieng. Selain Telaga Menjer masih ada Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Merdada, Telaga Cebong, dan lain-lain. Letak telaga ini adalah di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, letaknya dekat dengan PLTA Garung. Telaga ini juga dipakai sebagai sumber listrik.

Telaga ini bisa dicapai dengan menuruni Dataran Tinggi Dieng menuju Kecamatan Garung. Sampai di Pasar Kecamatan Kejajar belok ke kanan dan mengikuti jalan. Jalan yang berkelak-kelok cukup menghibur perjalanan. Sepanjang jalan adalah ladang milik masyarakat desa. Ada kebun teh juga. Namun kadang kala tanaman masyarakat tersebut ada yang rusak karena terjangan angin kencang.
Atau bisa juga lewat jalan raya dieng dan berhenti di gerbang plta garung si sedbelah kiri jalan. Tinggal belok kiri dan mengikuti jalan.Jika melewati jalan di area PLTA Garung ini maka akan disuguhi deretan pipa-pipa air yang berukuran raksasa, diameternya tak kurang dari 1,5 meter.
Air di telaga ini berwarna biru cantik, dikelilingi pohon-pohon yang asri. Untuk masuk ke tempat pariwisata ini cukup membayar karcis dua ribu rupiah saja. Di tepian telaga sebelah barat dan selatan ada keramba ikan milik masyarakat. Dan ada perahu yang siap mengatar berkeliling telaga, ongkosnya cukup lima ribu rupiah.

Telaga Warna dan Sekitarnya

Kali ini kita kan membahas lebih detail dari sekilas eksotika Dieng. Dimulai dari Telaga Warna sebagai ikon Dataran Tinggi Dieng dan merupakan salah satu dari sekian banyak obyek pariwisata di Dataran Tinggi Dieng. Letaknya di Desa Dieng Kabupaten Banjarnegara. Lokasinya
dekat dengan Dieng Plateu Theater, Kawah Sikidang, dan Kompleks Candi Dieng, one stop tourism deh istilahnya.
Telaga Warna ini sudah dilengkapi fasilitas area parkir dan tempat mangkal penjual makanan dan souvenir. Cara memasuki telaga warna ada beberapa yaitu lewat pintu masuk resmi, lewat Dieng Plateu Theater (DPT) dan lewat jalan Desa Jojogan. Pintu masuk resmi bisa dicapai dari pertigaan Dieng kamu ambil jalan yang ke kiri. Di sepanjang jalan akan tampak beberapa penginapan dan di kanan jalan ada sebuah Masjid yang arsitekturnya mirip bangunan di Moskow, Rusia. Oya kalo jeli di sebelah kanan jalan juga tampak Kompleks Candi Dieng lho. Gerbang Telaga Warna ada di kiri jalan di sebuah kelokan jalan. Di seberangnya itulah terdapat area parkir dan tempat mangkal penjual. Oya kurang tahu harga tiketnya berapa tapi yang pasti terjangkau lah.
Sedangkan cara mencapai pintu masuk yang ada di belakang DPT yaitu kamu harus nyampe DPT dulu. DPT dapat dicapai dengan mengikuti jalan dari pintu masuk Telaga Warna, lalu belok ke kiri, nanti akan kelihatan bangunan DPT di atas bukit, ada plangnya kok. Di seberang DPT adalah area milik PT Geo Dipa Energi unit Dieng, sebuah perusahaan pembangkit energi listrik tenaga panas bumi. Oya, di sini anda bisa menonton film dokumenter yg berkisah tentang asal-usul Dataran Tinggi Dieng dan letusan Kawah Sinila pada tahun 70-an yang tragis. Setelah sampai di DPT cari saja plang jalan menuju ke Telaga Warna di sebelah belakang DPT. Jalannya berupa tangga yang turun menuju telaga di bawahnya. Nanti anda akan sampai di sisi sebelah selatan dari Telaga Warna.
Sedangkan jalan yg terakhir agak pribadi ya, karena harus melewati jalan desa, dan anda harus jalan kaki juga. Tapi tak apa, malah bisa sekalian berkenalan dengan masyarakat, siapa tahu? Desa Jojogan ini ada di sebelah timur laut dari Telaga Warna. Petunjuknya yaitu setelah anda melewati gerbang Dieng Plateau Area bersiaplah mencari SD Patakbanteng di sebelah kiri jalan, setelah SD tak lama kemudian ada masjib hijau di sebelah kiri jalan juga, di sebelah masjid ini akan ada sebuah jalan desa. Nah, anda tinggal belok kiri ke jalan yang menuju Desa Jojogan ini. Jalan saja terus, oya jalannya menanjak ya, siapkan bekal air minum. Kalau sudah sampai di area lahan kentang tinggal jalan menuju arah barat atau belok ke kanan. Kalau bingung jangan ragu bertanya pada petani yag beraktivitas di sana ya. Tapi yakin deh kalau ga bakal tersesat, gampang kok. Nanti Telaga Warna akan tampak biru dan cantik dari sisi timur ini, berwarna biru muda di tengah dan hijau tua keabu-abuan pada tepinya. Lalu hamparan ladang kentang berubah menjadi hutan pinus. Hati-hati ya kalau lewat sini, saat sedang musim angin rawan pohon tumbang. Lihat saja ada beberapa pohon tumbang di tepi telaga. Tapi pohon tumbang ini adalah spot favorit untuk berfoto lho.
Oya di Telaga Warna ini banyak areanya lho, ada area pertunjukan tari topeng di sisi barat. Setelahnya ada area yang disebut pantai yang khas dengan bau belerang. Kemudian ada Goa Semar di sisi timur. Dan tak lupa ada Telaga Pengilon di sisi sebelah tenggara, telaga ini ukurannya lebih kecil dan warna airnya hanya kehijauan.
Telaga Warna ini sering kami pakai jika ada kegiatan seperti manajemen alam bagi anak SD dan outbound untuk anak SMP. Beberapa bulan yg lalu juga diadakan Jambore Pecinta Alam Se-Jawa Tengah di sini.

Candi Dieng dan Sekitarnya

Ikon Daratan Tinggi Dieng selanjutnya adalah Komplek Candi Dieng yang terletak di Desa Dieng Wetan, Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara. Letaknya di perbatasan dengan Desa Dieng Kulon, Kabupaten Wonosobo. Kompleks ini mencolok dan terlihat
jelas dari jalan, dijamin tidak akan tersesat deh. Pemandangannya asri, sepanjang jalan menuju candi ditanami pohon cemara dan bunga terompet kuning, cantik! Tempatnya juga bersih dan rumputnya rapi.
Pertama anda bisa mengunjungi Komplek Candi Arjuna. Komplek Candi ini terakhir kali mengalami pemugaran pada 28 Juli 2008 dan Purna Pugar Candi Arjuna ini diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada waktu itu yaitu Ir. Jero Wacik , SE. Komplek candi ini terdiri dari candi yang berada di sisi timur yaitu Candi Arjuna-Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembrada, sedangkan di sisi barat ada Candi Semar dan Candi Arjuna. Selain itu juga masih ada candi-candi lain namun kondisinya tidak utuh. Oya, Komplek Candi Dieng merupakan Candi Hindu, tinggi dan ramping, jadi ingat dengan Candi Prambanan yang lebih spektakuler ya?
Selain Komplek Candi Arjuna di Komplek Candi Dieng ada Candi Bima dan Candi Gatotkaca. Kedua candi itu terletak tidak jauh dari Komplek Candi Arjuna. Candi Gatotkaca yang terletak di atas bukit, dan dari sini terlihat Telaga Balekambang. Telaga ini dikelilingi kebun milik masyarakat, sepertinya telaga ini tidak dijadikan obyek pariwisata. Sedangkan Candi Bima ada di sebelah belakang dekat dengan pintu masuk Kawah Sikidang. Candinya masih terawat dengan baik, lingkungan di sekitarnya pun bersih dan asri. Selain candi disini juga ada museumnya lho.
Sedangkan untuk mengunjungi Kawah Sikidang anda tinggal jalan terus dari pintu masuk di sebelah Candi Bima. Di jalan anda akan menemui pipa-pipa milik PT Geo Dipa Energi unit Dieng, sebuah perusahaan pembangkit energi listrik tenaga panas bumi. Dari pintu masuk menuju kawah jaraknya memang cukup jauh. Kemudian tampaklah area kawah dengan asapnya yang menjulang. Tempat pariwisata ini dilengkapi area parkir yang cukup luas. Juga ada kios-kios souvenir. Mendekati area kawah anda akan disambut oleh bau belerang yang khas dan menusuk hidung. Pusat kawah hanya dipagari bambu seadanya. Di dalamnya, air kawah mendidih dan meletup-letup hebat.

Sekilas Eksotika Dieng

Karena berdomisili di Dataran Tinggi Dieng, kayaknya wajib ya ngasih gambaran tentang dataran tinggi tertinggi di dunia selain Dataran Tinggi Tibet ini. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa Dieng sudah amat terkenal baik nasional maupun internasional terutama
dari segi pariwisatanya.
Nah, Dataran Tinggi Dieng sendiri merupakan sebuah dataran yang dikepung oleh gunung2, konon dataran ini adalah bekas letusan gunung yang kemudian meninggalkan bentuk dataran yg kemudian sampai sekarang menjadi tempat tinggal masyarakat yg mayoritas adalah pengusaha di bidang pertanian. Dataran Tinggi Dieng termasuk dalam Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Dari Kabupaten Wonosobo menuju Dieng dapat menggunakan angkutan umum dengan biaya bervariasi antara 6rb-7rb. Jarak yang ditempuh adalah sekitar 27km, melewati lereng gunung, berliku-liku dan naik turun dengan curam. Kalau anda memilih menggunakan kendaraan pribadi pastikan anda telah berpengalaman menyambangi area pegunungan.
Di sepanjang jalan awal masih dipenuhi rumah penduduk dan semakin dekat dengan gunung semakin didominasi dengan lahan pertanian. Suasana asri dan di salah satu jalan yg naik akan tampak sebuah pohon yg sangat besar menaungi jalan. Kemudian akan melewati sebuah pemakaman di tepi sebelah kanan jalan. Ketika sampai di Garung akan melewati pos tiket Dieng di kiri jalan. Di Garung cukup ramai dan banyak toko. Naik terus akan mendapati Kecamatan Kejajar dengan pasarnya yg sederhana, perjalanan kali ini tinggal sekitar 7km lagi. Namun jalan semakin menanjak saja dan tampak gunung dimana-mana.
Ada tanjakan yang cukup curam sebelum gardu pandang, setelah itu anda akan melewati sebuah jembatan kayu darurat yg dipasang karena tanah longsor tahun 2009. Kemudian anda akan melewati gerbang Dataran Tinggi Dieng di Desa Parikesit. Sebentar kemudian anda akan mencapai pertigaan Dieng, anda dapat berhenti di situ karena banyak penginapan di area desa Dieng Kulon tersebut. Jika anda melanjutkan perjalanan maka akan sampai di Kabupaten Banjarnegara.
Pusat pariwisata ada di Desa Dieng yang memiliki ketinggian 2500 di atas permukaan laut. Hawa dingin menusuk terutama di musim kemarau antara bulan Juli-Agustus, bisa turun mencapai 10 derajat celsius.
Di Dataran Tinggi Dieng ada banyak sekali objek pariwisata, seperti candi, telaga, curug, dan kawah. Ada Telaga Merdada, Telaga Warna yg tersohor, Telaga Pengilon, Telaga Menjer. Sedangkan kawah yg terkenal adalah Kawah Sikidang. Jika bingung mungkin yg pertama harus dikunjungi adalah Kompleks Candi Arjuna di Desa Dieng. Setelah iu anda bisa mampir Kawah Sikidang, Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Dieng Plateu Theater (DPT) yang jaraknya masih berdekatan. Di Kompleks Candi Arjuna anda akan disuguhi kumpulan candi hindu yang diselingi bunga dan taman yg asri, anda juga dapat mengunjungi museum di sana. Di Kawah Sikidang anda akan menemukan sensasi kawah yg menggelegak dan meletup-letup serta bau belerang yg memenuhi udara. Selanjutnya di Telaga Warna anda dapat melamun sepuasnya sampai menggigil kedinginan. Di dekat Telaga Pengilon anada akan menemukan banyak buah sejenis raspberry di antara tanaman kentang milik masyarakat. Di sini juga ada Candi Semar yang berada di tengah antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon, dari sisi ini Telaga Warna akan terlihat lebih cantik. Dari Telaga Warna anda dapat mengunjugi DPT untuk menonton film dokumenter. Untuk wisata umum sepertinya sudah cukup banyak dan menghibur.
Namun bagi anda yg suka hal2 baru bisa menyambangi Curug Sirawe yang masih original dan sekalian mampir di Kawah Sileri. Kalau masih kurang ada Sumur Jalatunda dan Kawah Candradimuka yang tepatnya berada di kawasan Kabupaten Banjarnegara. Atau anda juga bisa merasakan sensasi sunrise dari Desa Sembungan yang berada di ketinggian paling tinggi di antara desa2 di Dataran Tinggi Dieng. Di Desa Sembungan anda juga dapat menemukan Telaga Cebong di ujung desa. Well, masih banyak lagi sebenarnya objek wisata di sini, kalau tertarik hubungi kami saja ya.. selamat menikmati eksotika Dieng!

"PERAHU GO GREEN"

Alam yg dulunya hijau,rimbun bagaikan senyuman anak kecil yg belum tau apa arti kehidupan,tp skrg telah menangis,meratap bagaikan bunda yg mrndukan buah hti yg tlah lama pergi. kembalian seyuman itu,,,,,,
buatlah bunda tersenyum,,,,,,
S-E-M-A-N-G-A-T.....!!!!!!
"PERAHU GO GREEN"