Minuman Carica Sembuhkan Sariawan & Diminati Wisatawan


Dari situs Republika, semoga bermanfaat. Minuman dari buah carica yang tergolong masih langka di pasaran kuliner berkhasiat bisa menyembuhkan sariawan, dan juga diminati wisatawan domestik yang kebetulan sedang berkunjung ke Yogyakarta. "Minuman ini masih tergolong langka di pasaran kuliner, tetapi bekhasiat bisa untuk mengobati sariawan karena buah carica mengandung vitamin C yang cukup tinggi," kata pembuat dan penjual minuman bua carica Soimah di Pameran Pesona Pangan Nusantara, di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Senin (6/12).

Ia mengatakan selain mengandung nutrisi vitamin C yang cukup tinggi, minuman buah carica ini dibuat secara manual, dan proses pengolahannya sangat sederhana, serta tidak membutuhkan waktu lama. "Proses pembuatannnya sederhana, hanya dengan merebus air yang dicampurkan dengan irisan buah carica dan gula pasir. Minumna buah carica dapat disajikan dalam keadaan dingin maupun hangat, serta mempunyai daya tahan yang cukup lama, yakni bisa disimpan hingga tiga bulan," katanya.

Selain dipasarkan di wilayah Yogyakarta, menurut Soimah minuman buah carica ini juga diminati wisatawan domestik dari beberapa daeah di Indonesia yang kebetulan sedan mengunjungi Yogyakarta. "Kami kerap kali menerima pesanan dari sejumlah pembeli dari berbagai kota di antaranya Jakarta,

Surabaya dan Bandung. Jumlahnya tidak menentu, tetapi kami selau memenuhi permintaan tersebut, berapa pun jumlahnya," katanya.

Ia mengatakan harga jual minuman carica bervariasi disesuaikan dengan ukurannya. "Kami tidak hanya menjual di rumah, tetapi juga memasok ke sejumlah supermarkate di Yogyakarta. Harga ukuran cup hanya Rp 6.000 per cup, namun dalam kemasan botol ukuran 260 gram Rp 12.000 per botol," katanya.

Menurut dia, bahan baku berupa buah carica didatangkan dari dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, dan setiap tiga hari sekali dirinya mendapat pasokan dari para petani buah carica di Dieng. "Kami membeli bahan baku dari para petani carica di Dieng, dalam tiga hari sekali kami disetori sebanyak 100 kilogram buah carica. Beberapa waktu lalu pascabencana Merapi kami sempat kesulitan mendapatkan buah carica karena terkendaka transportasi untuk pengirimannya," katanya.

Ia mengatakan selama mengikuti pameran kuliner ini antusias pembeli sangat beragam, dan jumlah pembeli meningkat dari hari ke hari. "Sejak hari pertama pameran hingga saat ini, setiap harinya kami mampu menjual rata-rata 100 cup minuman carica," katanya.

Menurut salah seorang pembeli minuman ini asal Jakarta, Lisye, minuman carica tergolong unik dan mempunyai banyak khasiat. "Minuman ini masih jarang saya temui, selain rasanya manis, juga dapat menyembuhkan sariawan karena kandungan vitammin C-nya cukup tinggi," katanya.

Api-api


Diambil dari situs ini, semoga bermanfaat. Dieng menyajikan pemandangan indah, tapi lebih indah lagi suasananya. Kita memang dapat menemui panorama-panorama yang mengesankan di setiap sudut komplek wisata di Dataran Tinggi Dieng. Candi-candi peninggalan jaman dulu, 2 kali matahari terbit dengan warna emas dan perak, kawah-kawah aktif, dan masih banyak lagi. Tapi suasana di Dieng tidak kalah mengesankan. Dieng terletak di ketinggian lebih dari 2000 Mdpl sehingga memiliki suhu yang dingin. Rumah-rumah ditata unik agar angin-angin dingin sesedikit mungkin yang dapat masuk ke kelompok rumah mereka. Bentuk rumah juga tidak lagi seperti rumah-rumah gedong di perkotaan yang panas, rumah di Dieng memiliki tinggi yang sekedar cukup untuk masuk orang di dalamnya, mungkin lebih mirip dengan tinggi ruang penumpang di kapal penyeberangan. Pemilik rumah berharap dengan ruang yang semakin rendah, kemungkinan dingin mengisi ruangan rumahnya semakin sedikit, juga kemungkinan menghangatkan ruangan semakin besar.

Sebuah tradisi yang bagaimanapun juga akan sering kita pakai istilahnya, yaitu api-api. Sebenarnya malas sekali memakai kata yang sudah sering dipakai orang, tapi memang namanya api-api. Yaitu aktifitas berkumpul mengelilingi anglo yang didalamnya berisi arang membara sehingga orang di sekitarnya dapat merasa lebih hangat. Api-api biasanya dilakukan di ruang belakang rumah seperti dapur, mungkin karena bisa sekalian sambil memasak. Manusia pada hakikatnya memang banyak urusan, di aktifitas api-api inilah orang Dieng coba berkomunikasi dan saling membicarakan persoalannya masing-masing. Ada yang bicara soal kerjasama menanam kentang, transaksi pupuk kotoran kandang, sampai soal menjodohkan anak. Banyak persoalan warga Dieng yang mungkin diselesaikan di aktifitas api-api ini.
Bukan hanya warga Dieng, jika kita sedang berkunjung ke Dieng, orang Dieng akan dengan tulus menawari kita untuk bergabung dengan mereka mengelilingi anglo. Lalu salah satu di antara mereka akan mundur sebentar dan kembali lagi dengan segelas kopi panas nikmat untuk kita. Dapur sebenarnya merupakan ruang privat si pemilik rumah, jika ada orang baru datang ke rumah biasanya langsung dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Tapi di Dieng, orang asing bakal merasa bagai keluarga atau tetangga dekat si pemilik rumah, begitupun dengan obrolannya, akan lebih intim dari ketika di ruang tamu.
Sementara kabut putih mulai turun menyelimuti bukit di belakang rumah yang terlihat jelas dari dapur. Kopi juga masih hangat-hangatnya, pas sekali untuk dilewatkan ke dalam kerongkongan yang lagi dingin dan kering. Api di dalam anglo yang sedianya bakal menghangatkan tubuh ternyata tidak mampu menjangkau bagian punggung. Tapi untung gelak dan meriahnya pembicaraan di api-api bisa menghangatkan suasana, haha.

Rute ke Wonosobo


Dengan kondisi alam yang sedemikian rupa, satu-satunya jenis angkutan untuk menuju Wonosobo hanyalah angkutan darat. Dahulu pernah ada kereta api jurusan Purwokerto, sekarang hanya tinggal rel-nya.
Dari Semarang
Di terminal Terboyo banyak terdapat bis yang melayani trayek Semarang - Purwokerto melalui Wonosobo. Jaraknya sekitar 120 km dan waktu tempuh kira-kira 3.5 jam. Rutenya adalah : (Semarang-Ungaran-Bawen-Ambarawa) - (Secang-Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Surakarta (Solo)
Walaupun tidak banyak bis langsung dari Solo ke Wonosobo namun ada beberapa perusahaan bis yang melayani trayek ini. Anda dapat mendapatkan bis tersebut di terminal Tirtonadi jurusan Solo-Purwokerto via Wonosobo. Jaraknya sekitar 180 km waktu tempuhnya kita-kira 6 jam. Jalurnya adalah : (Solo-Kartasura) - (Boyolali-Ampel) - (Salatiga-Bawen- Ambarawa) - (Secang-Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Magelang
Jalur dari Magelang merupakan jalur ke Wonosobo yang ramai. Kira-kira sepuluh menit sekali ada bis yang datang dan pergi. Bis terakhir kira-kira jam 19.00 berangkat dari terminal antar kota Magelang. Jaraknya sekitar 65 km dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam. Jalurnya adalah : (Magelang-Secang) - (Temanggung-Parakan) - (Kertek-Wonosobo)
Dari Yogyakarta
Tidak ada trayek langsung dari Yogyakarta ke Wonosobo. Namun karena jalur Yogyakarta - Magelang - Semarang sangat ramai, dengan sendirinya dari Yogyakarta ke Wonosobo menjadi sangat mudah. Dari terminal Umbulharjo, atau dari terminal Jombor, naik bis jurusan Magelang dan turun di terminal Magelang, baru ke Wonosobo. Total jarak sekitar 120 km dan waktu tempuh kira-kira 3.5 jam. Jalurnya adalah : (Yogyakarta-Sleman-Tempel) - (Muntilan-Magelang), selanjutnya ikuti jalur dari Magelang.
Dari Purwokerto
Untuk jalur ini, kira-kira setiap sepuluh menit ada bis yang datang dan pergi. Ada bis yang hanya melayani trayek Purwokerto-Wonosobo dan ada trayek Purwokerto-Semarang lewat Wonosobo. Anda bisa mendapatkan bis jurusan Wonosobo di terminal utama Purwokerto. Jaraknya sekitar 120 km dan waktu tempuh sekitar 3 jam. Jalurnya sebagai berikut: (Purwokerto-Sokaraja) - (Purbalingga-Bukateja) - (Klampok-Banjarnegara) - (Selomerto-Wonosobo)
Dari Jabodetabek
Trayek Jabotabek Wonosobo dilayani oleh banyak armada. Anda bisa mendapatkan bis tersebut di terminal: Pulo Gadung, Kampung Rambutan, Bekasi, Lebak Bulus, Cimone, Merak dan Bogor. Dengan jarak 520 km, bis biasanya berangkat sekitar pukul 17.00 WIB dan sampai di Wonosobo menjelang fajar.